sideCategory1

May 13, 2012

Pendugaan Nilai Ekonomi Jasa Lingkungan Kawasan Hutan Konservasi di Wilayah Administrasi Lembah Kerinci


UHANGKAYO - Kompensasi jasa lingkungan yang diberikan oleh kawasan hutan telah menjadi perbincangan hangat di berbagai daerah. Hal ini sepertinya juga sedang hangat-hangatnya dibicarakan di Lembah Kerinci dengan 51% wilayahnya merupakan hutan konservasi yang berada dalam pengelolaan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

Keberadaan hutan konservasi ini seringkali dianggap sebagai penghambat pembangunan bagi dua administrasi di lembah Kerinci. Kalau melihat dari sejarah perkembangan kawasan binaan (kota), selalu dimulai dari suatu kawasan kosong yang mampu mendukung kehidupan jangka panjang bagi suatu masyarakat, dan hutan menjadi pilihan bagi nenek moyang suku Kerinci. Adanya hutan adat maupun hutan larangan merupakan suatu bentuk pengakuan dari para pendahulu pentingnya hutan bagi kehidupan masyarakatnya.

Besarnya tekanan dunia pada masyarakat sekitar hutan untuk menjaga hutan agar tetap lestari, bukanlah hal yang adil apabila masyarakat di belahan dunia lain dengan bebas mengeluarkan berbagai gas berbahaya bagi lingkungan melalui berbagai aktivitas industri mereka. Terlebih terdapat kesenjangan ekonomi yang besar antara masyarakat industri dengan masyarakat sekitar hutan.

Hal ini menjadi dasar lahirnya Protokol Kyoto tahun 1997, walaupun sebenarnya pada pertemuan-pertemuan tentang pemanasan global sebelumnya telah dibicarakan. Inti dari Protokol Kyoto merupakan usaha untuk menurunkan tingkat Gas Rumah Kaca sehingga berada pada level yang aman bagi kehidupan. Ada tiga mekanisme utama, yaitu: 1) Joy Implementation, 2) Clean Development Mecanism, 3) Emission Trading.

Emission trading menjadi pembicaraan yang hangat bagi negara-negara berkembang yang memiliki hutan alam yang luas untuk meminta imbal jasa dari hutan mereka. GRK sendiri bersifat global, sehingga jika suatu negara menemisikan GRK, negara lain juga dapat merasakan dampaknya. Negara-negara berkembang yang notabene belum ‘terkontaminasi’ oleh kegiatan industri memiliki hutan yang luas yang mampu 'melenyapkan’ keberadaan GRK di udara. Inilah menjadi dasar tuntutan masyarakat sekitar hutan (negara) untuk meminta imbal jasa dari keberadaan hutan mereka pada negara industri maju.

Namun, jasa lingkungan yang diberikan oleh kawasan hutan yang berada dibawah pengelolaan negara memiliki sistem birokrasi yang berbelit, sehingga seringkali tujuan yang diharapkan tidak tercapai. Hal ini sangat berbeda dengan kawasan hutan yang berada dibawah pengelolaan adat, beberapa hutan adat telah berhasil diperjuangkan untuk mendapatkan kompensasi bagi masyarakat sekitarnya, seperti masyarakat Nagari Paninggahan.

Berapa Sih Nilai Ekonomi Jasa Lingkungan Hutan Konservasi di Lembah Kerinci?

Sementara, menunggu keberhasilan perjuangan para elit yang berada diatas untuk mendapatkan kompensasi dari jasa lingkungan yang diberikan oleh semua hutan konservasi di Indonesia. Ada baiknya kita menghitung kecil-kecilan berapa harga hutan konservasi di Lembah Kerinci (administrasi kabupaten maupun kota).

Untuk menghitung manfaat secara ekonomi dari suatu sistem alam bukanlah hal yang mudah, atau hampir tidak mungkin karena banyak aspek yang saling memiliki keterkaitan yang erat, mulai dari jasad renik yang ada di dalam tanah, air, hingga lingkungan diudara. Hal ini tentu saja berbeda dengan menilai hasil atau produk barang industri, yang dapat dihitung mulai dari modal bahan baku, upah pekerja, lamanya proses pembuatan, kemudian menjadi suatu produk akhir. Saking kompleksnya suatu sistem alam, penilaian manfaat ekonomi sistem alam seringkali dilakukan melalui pendekatan substitusi pada satu faktor (seperti pendekatan substitusi dengan biaya kesehatan pernafasan), serta mengabaikan faktor lainnya.

Saya mencoba menggunakan pendekatan spasial, melalui perangkat lunak CITYgreen (trial version) yang dikembangkan oleh American Forest. Di Indonesia, perangkat lunak (registered) ini telah digunakan oleh beberapa mahasiswa (tingkat sarjana maupun pascasarjana) untuk menyelesaikan tugas akhir mereka.

Nilai ekonomi yang didapat dari analisis CITYgreen pada suatu ruang hijau diharapkan dapat menjadi salah satu faktor penentu dalam perencanaan wilayah, bahwa ruang hijau memiliki nilai yang tidak kalah penting dibandingkan peruntukkan lahan untuk sektor pertanian, perdagangan, maupun bisnis. Lahan yang dipenuhi oleh pepohonan (hutan kota maupun hutan alam) bahkan menjadi faktor yang paling penting bagi suatu wilayah karena menjadi penentu bagi keberlanjutan wilayah tersebut.

Peta yang saya gunakan berasal dari Peta Administratif Wilayah Kabupaten Kerinci yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci Bagian Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Peta ini berbentuk file dengan ekstensi jpg dan berukuran A0. Agar dapat digunakan dalam analisis, terlebih dahulu saya melakukan georeference. Luas digitasi Lembah Kerinci yang saya dapatkan dari peta hasil georeference ini hanya 3.742 km2, sedangkan luas hutan konservasi di wilayah administrasi Lembah Kerinci sebesar 2.289 km2. Nilai ini berbeda dengan luas resmi yang dikeluarkan oleh Kabupaten Kerinci (tahun 2006) sebesar 4.200 km2, dengan 51% atau 2.150 km2 merupakan lahan konservasi. Hanya ada dua kemungkinan untuk penjelasan diatas, 1) hasil georeference saya yang salah, atau 2) Lembah Kerinci perlu melakukan survey ulang terhadap wilayah administrasi mereka.

Namun, sekedar untuk melihat gambaran nilai ekonomi kawasan hutan konservasi, saya lakukan resize luas polygon administrasi Lembah Kerinci maupun hutan konservasi agar sesuai dengan informasi resmi. Analsisis dengan CG inipun hanya pada aspek Carbon Storage and Sequestration (Simpanan dan Rosot Karbon) serta Air Pollution Removal (Kualitas Udara), dan walaupun analisis CG melalui pendekatan spasial, namun resize polygon dari wilayah analisis untuk dua analisis ini tidak memberikan perbedaan hasil analisis yang signifikan.


Hasil analisis dari CG menunjukkan bahwa simpanan karbon melebihi 28,6 juta ton, dengan rosot mencapai 81.300 ton/tahun. Nilai ini bisa dikonversi kedalam Rupiah apabila telah ditetapkan harga karbon untuk hutan Indonesia. Sedangkan potensi hutan konservasi ini  membersihkan udara dari O3 mencapai 16,7 juta pon per tahun, atau setara dengan 51,3 juta dollar. Berikut adalah rekapitulasi hasil analisis dengan CG.


Tabel diatas merupakan nilai ekonomi yang mampu diberikan oleh hutan konservasi hanya dari simpanan karbon dan kemampuan hutan untuk membersihkan udara dari berbagai kontaminan. Nilai ekonomi yang diberikan dari simpanan karbon masih menunggu keputusan harga perdagangan karbon internasional untuk hutan Indonesia. Satu bentuk perdagangan karbon yang sukses adalah pada masyarakat Nagari Paninggahan yang memiliki 28 ha lahan kritis, dengan harga imbal jasa sebesar 280 juta untuk 10 tahun. Sebagai catatan, kerjasama ini terjadi pada lahan dibawah pengelolaan hutan adat, bukan dibawah pengelolaan pemerintah. Jika berkaca pada kesuksesan diatas dengan mengesampingkan tonase simpanan karbon, maka 2.150 km2 atau 215.000 ha luas hutan konservasi di administrasi Lembah Kerinci berharga 215 M per tahun. Nilai ini belum lagi dijumlahkan dengan Air Pollution Removal yang mencapai 1 T. Wow… jumlah yang menggiurkan, sangat menggiiiuuuurkan ...

Perhitungan nilai ekonomi dengan CG hanya pada Carbon Storage dan Air Pollution Removal saja, belum pada aspek pencegahan longsor, penghematan listrik, produksi O2, dan sebagainya. Berapa angka (nilai ekonomi) yang akan keluar jika dilakukan analisis secara teliti dan mencakup aspek jasa lingkungan lainnya? Bisa jadi nilainya lebih besar, atau bisa juga lebih kecil?

Nilai ekonomi dari jasa lingkungan ini juga dapat dibandingkan dengan nilai ekonomi yang akan diperoleh apabila lahan konservasi tersebut dikonversi menjadi lahan pertanian, perkebunan, atau sebagai kawasan perdagangan. Nilai ekonomi manakah yang lebih besar? Ini bisa menjadi sebuah ide untuk tugas akhir mahasiswa.

Apa anda berminat untuk mencari tahu?

Sambil menunggu keberhasilan perjuangan para elit diatas, sekarang yang penting adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan mengembangkan kreativitas dalam mengelola administrasi Lembah Kerinci (termasuk kawasan konservasi) yang bergelar "Piece of Heaven Land".

0 comments:

Post a Comment