Kerinci Regency in 3D

Peta wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh dalam Tiga Dimensi, oleh Milantara - uhangkayo.webs.com.

Koto Petai - Danau Kerinci

Perahu-perahu Nelayan Koto Petai - uhangkayo.webs.com.

Gunung Kerinci

Gunung Kerinci yang Menjulang diantara Awan Putih dan Langit Biru (foto: Jeremy Holden, FFI) - uhangkayo.webs.com.

Rumah Larik

Rumah Larik, Rumah Tradisional Masyarakat Lembah Kerinci - uhangkayo.webs.com.

Sungai Penuh

Senja di Batas Kota Sungai Penuh - uhangkayo.webs.com.

sideCategory1

Aug 17, 2012

Petualang di Alam Nalar: 07. Kesimpulan

Dari pembahasan pengalaman hidup ilmuwan seperti telah tersurat di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan baru sebagai sasaran perburuan seorang ilmuwan diperoleh sebagai hasil petualangan para ilmuwan mengkhayal di alam nalar. Pengetahuan baru itu hanya dapat diciptakan oleh para ilmuwan apabila mereka mempunyai daya-khayal dan daya-cipta yang asli, diupam oleh pengamatan-pengamatan yang kebenarannya selalu diuji berulang-ulang. Selain itu lingkungan sosial ilmuwan itu juga harus dapat menenggang dan menerima ilmuwan itu sebagai orang yang harus dapat berpikir dan bernalar tanpa kendala, apabila memang diharapkan dari ilmuwan itu bahwa ia akan menghasilkan pengetahuan baru yang benar secara ilmiah.

Ada kalanya pengetahuan baru itu kemudian ditambahknn ke kumpulan pengetahuan lain yang sudah lebih dahulu ditemukan, akan tetapi ada kalanya pula pengetahuan baru itu menyebabkan ada beberapa butir pengetahuan lama yang akhirnya dinyatakan tidak benar. Kumpulan pengetahuan yang butir pengetahuannya selalui diperbaharui itu oleh para ilmuwan digolong-golongkan dan ditata sehingga menghasilkan pernyataan-pernyataan yang berlaku secara umum. Kumpulan pengetahuan yang telah ditata dengan aturan tertentu ini disebut sains atau ilmu pengetahuan. Karena butir pengetahuan yang menyusun khazanah ilmu pengetahuan ini seperti telah dikatakan sebelumnya selalu berubah-ubah dari masa ke masa, maka sebagai akibatnya ilmu pengetahuan selalu mengalami perubahan dan perkembangan dari masa ke masa.

Tujuan kita dalam mempelajari Perkembangan Ilmu Pengetahuan ialah untuk meniti sejarah. Dengan melihat ke belakang kita telusuri berbagai peradaban manusia di dunia ini yang datang silih berganti membawa berbagai penemuan baru yang akhirnya berkembang menjadi sains dan teknologi yang kita kenal sekarang. Setelah melihat ke belakang, mudah-mudahan kita dapat memandang jauh ke muka de¬ngan menggunakan pengalaman masa lalu sebagai tuntunan agar dapat mempunyai pandangan terbuka menghadapi tuntutan perubahan zaman yang pasti akan kita hadapi di masa depan.

Baca juga:
Petualang di Alam Nalar: 00. Pendahuluan
Petualang di Alam Nalar: 01. Sekali Ilmuwan Tetap Ilmuwan
Petualang di Alam Nalar: 02. Imuwan Tidak Pernah Putus Asa
Petualang di Alam Nalar: 03. Ilmuwan adalah Penegak Kebenaran
Petualang di Alam Nalar: 04. Ilmuwan Harus Berani Menyatakan Pendapat Secara Jujur
Petualang di Alam Nalar: 05. Ilmuwan Juga Manusia yang Tidak Sempurna
Petualang di Alam Nalar: 06. Siapa Saja yang Berbakat Ilmuwan
Petualang di Alam Nalar: 07. Kesimpulan


oleh: Prof. Dr. Andi Hakim Nasoetion (Wikipedia | TokohIndonesia)Dikutip dari buku: Pengantar ke Ilmu-imu Pertanian

Petualang di Alam Nalar: 06. Siapa Saja yang Berbakat Ilmuwan

Lepas dari persoalan apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan bakat itu, kita dapat bertanyatanya apa saja yang membuat seorang anak akhirnya berminat untuk menjadi il¬muwan dalam bidang tertentu. Dari berbagai riwayat hidup ilmuwan yang dapat kita baca dapat disimpulkan bahwa peranan lingkungan kekeluargaan sangat penting dalam membangkitkan sikap ilmiah. Sikap ilmiah itu muncul ka¬rena lingkungan-didiknya itu tidak mematikan sikap ingin tahu yang dimilikinya sebagai seorang anak.

Sikap ingin tahu itu mula-mula diterapkan oleh seorang anak terhadap dirinya sendiri, dan sesudah menjadi manusia dewasa, sebagai peneliti ia sering menggunakan dirinya sen¬diri sebagai obyek penelitian. J. B. S. Haldane misalnya, yang ayahnya adalah seorang ahli oseanografi yang menciptakan alat penyelam untuk penyelidikan bawah laut, secara sukarela menjadi kelinci percobaan untuk menguji keampuhan alat penyelam ciptaan ayahnya tersebut. Sifat pemberani J. B. S. Haldane itu mungkin sekali juga didorong oleh rasa percaya diri yang sangat kuat, yang sering sering berubah menjadi perasaan anggap enteng terhadap kemampuan orang lain. Hal itu diungkapkan oleh John Maynard Smith, seorang ilmuwan biologi ternama, dengan menyatakan bahwa sebagai teman sekolah ia takut bergaul terlalu dekat dengan J. B. S. Haldane, yang selalu membuatnya merasa rendah diri.

Sekaligus juga dapat dikemukakan bahwa sering sekali seorang ilmuwan terkenal berasal dari latar belakang keluarga ilmuwan juga, seperti halnya dengan J. B. S. Haldane, serta banyak pemenang hadiah Nobel Amerika Serikat yang beragama Protestan dan Katolik. Hanya pemenang hadiah Nobel Amerika Serikat yang berasal dari golongan etnik Yahudi banyak juga yang berasal dari latar belakang bukan ilmuwan. Alasan yang ditemukan Harriet Zuckerman untuk hal itu ialah bahwa dalam suasana pendidikan Yahudi prestasi akademik sangat dihargai lepas dari latar belakang keluarga. Hal itu juga dapat disimpulkan dari riwayat hidup Feynman.

Pengaruh adanya guru sains yang memikat juga sangat jelas dalam pembentukan minat dan kemampuan seseorang agar menjadi ilmuwan yang ternama. Kebanyakan pemenang hadiah Nobel Amerika Serikat dalam bidang sains, dalam perjalanan hidupnya biasanya pernah menjadi murid atau magang menjadi peneliti di bawah asuhan seorang ilmuwan lain yang adalah pemenang hadiah Nobel atau pada suatu ketika di kemudian hari menjadi pemenang hadiah Nobel. Selain itu terutama bagi ilmu-ilmu yang rumit seperti ma¬tematika dan fisika, banyak sekali ilmuwan itu tertarik ke bidang ilmu itu karena mempunyai guru bidang ilmu itu yang sangat mengagumkan sewaktu mereka belajar di sekolah menengah atas. Tampaklah betapa pentingnya peran guru dalam mengembangkan minat muridnya untuk menjadi ilmuwan sains, terutama apabila muridnya bukan berasal dari keluarga yang latar-belakangnya bukan bercorak akademis.

Baca juga:
Petualang di Alam Nalar: 00. Pendahuluan
Petualang di Alam Nalar: 01. Sekali Ilmuwan Tetap Ilmuwan
Petualang di Alam Nalar: 02. Imuwan Tidak Pernah Putus Asa
Petualang di Alam Nalar: 03. Ilmuwan adalah Penegak Kebenaran
Petualang di Alam Nalar: 04. Ilmuwan Harus Berani Menyatakan Pendapat Secara Jujur
Petualang di Alam Nalar: 05. Ilmuwan Juga Manusia yang Tidak Sempurna
Petualang di Alam Nalar: 06. Siapa Saja yang Berbakat Ilmuwan
Petualang di Alam Nalar: 07. Kesimpulan


oleh: Prof. Dr. Andi Hakim Nasoetion (Wikipedia | TokohIndonesia)Dikutip dari buku: Pengantar ke Ilmu-imu Pertanian

Petualang di Alam Nalar: 05. Ilmuwan Juga Mnausia yang Tidak Sempurna

Dalam usaha memburu ilmu, seorang ilmuwan selalu berusaha mendapatkan nama dengan berusaha menemukan pengetahuan baru. Oleh karena itu terhadap ilmuwan lain di dalam bidangnya, selain menganggapnya sebagai rekan sejawat, ia juga menganggapnya sebagai saingan. Ada kalanya pengetahuan yang diperoleh seorang ilmuwan membantu il¬muwan lain untuk mendapatkan penemuan baru yang lain jenisnya. Akan tetapi apabila dua orang ilmuwan secara tidak sadar bekerja dan menemukan suatu pengetahuan baru yang sama, tidak jarang antara kedua ilmuwan itu muncul sikap bermusuhan karena merasa kurang dihargai. De¬mikianlah antara Raymond Damadian dengan Lauterbur ter¬jadi perang dingin karena mereka mempunyai pandangan yang mirip dalam hal penggunaan NMR untuk bidang kedokteran.

Demikian pula antara Fisher dan Neyman terjadi permusuhan besar karena cara mereka menangani suatu permasalahan statistika yang sama sangat berbeda prinsipnya. Permusuhan besar itu makin menghebat lagi karena cara Neyman mendebat Fisher sangat kaku, sedangkan sebenarnya yang mengusahakan sehingga Neyman mendapatkan pekerjaan adalah Fisher sendiri.

Baca juga:
Petualang di Alam Nalar: 00. Pendahuluan
Petualang di Alam Nalar: 01. Sekali Ilmuwan Tetap Ilmuwan
Petualang di Alam Nalar: 02. Imuwan Tidak Pernah Putus Asa
Petualang di Alam Nalar: 03. Ilmuwan adalah Penegak Kebenaran
Petualang di Alam Nalar: 04. Ilmuwan Harus Berani Menyatakan Pendapat Secara Jujur
Petualang di Alam Nalar: 05. Ilmuwan Juga Manusia yang Tidak Sempurna
Petualang di Alam Nalar: 06. Siapa Saja yang Berbakat Ilmuwan
Petualang di Alam Nalar: 07. Kesimpulan


oleh: Prof. Dr. Andi Hakim Nasoetion (Wikipedia | TokohIndonesia)Dikutip dari buku: Pengantar ke Ilmu-imu Pertanian

Petualang di Alam Nalar: 03. Ilmuwan adalah Penegak Kebenaran

Dalam usahanya menemukan pengetahuan yang baru, seorang ilmuwan selalu berusaha atas dasar pengetahuan yang benar. Tanpa didasari pengetahuan yang benar, pengetahuan yang dikembangkannya kemudian akan menjadi goyah dan dalam waktu yang singkat tidak dapat dipertahankan lagi sebagai pengetahuan yang sahih. Karena itu seorang ilmuwan sejati selalu menghadapi risiko dianggap sebagai pembangkang oleh masyarakat, apakah itu oleh orang awam, kelembagaan keagamaan, ataupun oleh suatu sistem pemerintahan. Andrei Sakharov misalnya ialah contoh tentang seorang ilmuwan yang bertaat-azas terhadap pendapatnya yang tidak disenangi pemerintah. Penderitaannya dalam buangan dapat dibaca di antaranya dalam buku yang ditulis istrinya yang juga ilmuwan, yaitu Elena Bonner.

Contoh klasik tentang pertentangan yang muncul antara ilmuwan dan agamawan ialah tentang penghukuman Galileo Galilei, yang bertentangan dengan pendapat agamawan mendukung pendapat Copernicus yang menyatakan bahwa bukan matahari yang beredar mengitari bumi, melainkan bumi yang beredar mengitari matahari. Demikian pula dapat dikemukakan larangan pemerintah Uni Soviet di bawah pimpinan Stalin untuk mengembangkan genetika berdasarkan teori Mendel, yang pemukanya ialah T. D. Lyssenko. Sebagai akibat diutamakannya pandangan Mitschurin yang mengatakan bahwa pengaruh lingkungan dapat diwariskan dari tetua ke zuriat, program pemuliaan tanaman di Uni Soviet mengalami hambatan karena dikembangkan atas dasar pe-ngetahuan yang tidak sahih.

T. D. Lyssenko bertindak mengucilkan genetika Mendel dari pengembangan ilmu di Uni Soviet dengan alasan ingin menyesuaikan biologi dengan falsafah kenegaraan. Sebagai akibatnya tokoh pemuliaan tanaman Rusia Vavilov, yang dihormati dalam kalangan internasional tersingkir dan tersungkur, walaupun sesungguhnya hanya dialah yang dapat menyelamatkan program pemuliaan tanaman gandum di Uni Soviet dari kehancuran.

Kejadian seperti itu tidak hanya mungkin terjadi di negara yang kurang bebas iklim berpikirnya. Di Inggris pun terjadi suatu malapetaka ilmiah karena ada seorang ahli psikologi kenamaan yang memalsu data penelitian agar orang percaya bahwa kemampuan seorang anak terutama ditentukan oleh sifat-sifat keturunan yang diwariskan dari tetua ke zuriat. Ahli psikologi itu adalah Cyril Burt yang di luar kekeliruannya yang fatal ini adalah seorang ilmuwan terhormat. Dengan menganut pendapat ini dapat diterima pandangan bahwa hanya anak orang yang pandai saja yang dapat menjadi orang yang pandai, sebab kepandaian itu adalah suatu ciri yang diwariskan secara genetik dari tetua ke zuriat. Akibatnya di Inggris sejak waktu yang dini telah diadakan pemisahan jalur pendidikan bagi mereka yang berkecenderungan akademik yang tinggi dari mereka yang berkecenderungan mekanis. Di Austria pun pendapat Burt ini pernah diterapkan. Akibatnya lebih banyak anak laki-laki disalurkan ke pendidikan kejuruan sejak lepas dari sekolah dasar dan kebanyakan mahasiswa perguruan tinggi yang tentunya bersifat akademik berjenis kelamin perempuan. Hal tersebut adalah akibat bahwa pada usia lepas sekolah dasar seorang anak laki-laki memiliki kecenderungan mekanistik yang lebih tinggi daripada seorang anak perempuan.

Baca juga:
Petualang di Alam Nalar: 00. Pendahuluan
Petualang di Alam Nalar: 01. Sekali Ilmuwan Tetap Ilmuwan
Petualang di Alam Nalar: 02. Imuwan Tidak Pernah Putus Asa
Petualang di Alam Nalar: 03. Ilmuwan adalah Penegak Kebenaran
Petualang di Alam Nalar: 04. Ilmuwan Harus Berani Menyatakan Pendapat Secara Jujur
Petualang di Alam Nalar: 05. Ilmuwan Juga Manusia yang Tidak Sempurna
Petualang di Alam Nalar: 06. Siapa Saja yang Berbakat Ilmuwan
Petualang di Alam Nalar: 07. Kesimpulan


oleh: Prof. Dr. Andi Hakim Nasoetion (Wikipedia | TokohIndonesia)Dikutip dari buku: Pengantar ke Ilmu-imu Pertanian

Petualang di Alam Nalar: 04. Ilmuwan Harus Berani Menyatakan Pendapat Secara Jujur

Dengan adanya contoh-contoh akibat ketidakjujuran akademis seperti ini, dapatlah dipahami bahwa pendidikan menjadi ilmuwan penuh dengan rambu-rambu yang mengingatkan orang agar selalu mempertahankan kebenaran dan berani mengemukakan pendapat dengan jujur. Untuk itu saya ingin menampilkan beberapa pengalaman saya tentang perlunya seorang penuntut ilmu mempunyai keberanian menyatakan apa yang diyakininya secara jujur.

Pengalaman pertama saya yang selalu tidak dapat saya llipakan terjadi pada tahun 1950/1951. Ketika itu saya duduk di kelas dua Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Bogor. Walaupun hanya sebuah sekolah kejuruan menengah atas, guru Limnologi saya itu yang juga adalah guru Zoologi saya di kelas satu adalah seorang sarjana Biologi. Ketika nyonya ahli Biologi itu memberi penjelasan mengenai peralihan energi hasil asimilasi fitoplankton ke dalam tubuh ikan herbivora, ada beberapa hipotesis kerjanya yang tidak dapat saya pahami. Sewaktu kemudian guru itu bertanya pada akhir pelajaran apakah ada murid yang tidak memahami pelajarannya, saya mengacungkan tangan saya dan memohonkannya untuk menerangkan kembali mengapa hipotesis kerja itu yang dipakai. Menurut pendapat saya hipotesis kerja itu belum tentu masuk akal.

Beliau pun mencoba menjelaskan lagi mengapa hipotesis awal itu yang dipilih sebagai landasan berpikir selanjutnya. Tiga kali beliau mencoba menjelaskannya kepada saya dengan cara yang berbeda, akan tetapi tetap saja saya tidak dapat memahaminya. Akhirnya, dengan setengah putus asa beliau menyatakan tidak mempunyai cara lain lagi untuk menjelaskannya kepada saya. Tetapi beliau masih sempat menyatakan terima kasihnya kepada saya atas keterusterangan saya untuk mengatakan bahwa saya masih tetap saja belum memahami penjelasannya itu. Saya merasa telah banyak menyusahkan beliau dan untuk mengobati hati beliau saya mengucapkan terima kasih juga. Saya katakan juga bahwa hipotesis kerja itu akan saya terima saja bulat-bulat sebagai suatu aksioma yang tidak lagi dipermasalahkan lebih lanjut. Kalau beliau menanyakan hal itu di dalam ujian, akan saya jawab sesuai dengan apa yang beliau terangkan, akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa saya mengerti apa yang beliau terangkan. Akan tetapi, saya juga mengharapkan, bahwa pada suatu ketika kalau beliau me¬nemukan jalan lain untuk menerangkan hal itu sekali lagi kepada saya, beliau berkenan melakukan hal tersebut, walaupun pelajaran Limnologi itu sudah selesai diujikan.

Di luar perkiraan saya, beberapa tahun kemudian, ke¬tika saya sudah duduk di tingkat tiga Fakultas Pertanian di Bogor, datanglah suratnya kepada saya dari Nederland. Di dalamnya beliau berkata bahwa selama ini saya tidak memahami apa yang diterangkannya itu tidak lain karena hipotesis awal yang dipakai itu memang salah. Pertanyaan saya di dalam kelas dahulu itu membuatnya selalu bertanya-tanya. Untuk memuaskan diri, beliau sudah mengadakan penelitian mengenai hal itu dan hasil percobaan menunjukkan bahwa hipotesis kerja itu tidak dapat dipertahankan. Hasil penelitian sudah diterbitkan dan makalahnya beliau kirimkan dengan pos laut. Pada akhir suratnya, beliau sekali lagi mengucapkan terima kasih karena telah mendapatkan masalah untuk dijadikan bahan penelitian. Beliau juga me¬ngatakan bahwa ilmu pengetahuan hanya mungkin maju kalau kita bebas mempertanyakan bagian-bagian ilmu itu yang sudah dianggap sebagai kebenaran umum.

Sering saya bertanya-tanya dalam diri saya apa jadinya nasib saya kalau saja beliau itu berperilaku sebagai guru yang marah kepada muridnya yang mempertanyakan kebenaran pelajaran yang diberikan gurunya di depan kelas. Mungkin sekali saya akan dicap sebagai seorang pembangkang yang ingin menguji kemampuan dan kedalaman pengetahuan gurunya. Untunglah guru saya seorang il¬muwan yang pandangannya sangat terbuka. Hal itu pula yang menyebabkan saya berpendapat bahwa untuk pendidikan sains di SMA seorang guru harus lebih banyak bobot perilaku ilmuwannya.

Bahwa seorang ilmuwan itu diharapkan sekali kejujuran akademisnya saya alami juga ketika menghadapi ujian akhir lisan mempertahankan disertasi yang telah saya tulis. Ketika itu promotor saya sudah hampir menutup sidang. Tiba-tiba salah seorang penguji kiriman Sekolah Pascasarjana menginginkan untuk bertanya kembali. Ia bertanya kepada saya apakah saya tahu ikan yang namanya Chanos chanos. Di dalam diri saya berpikir apa urusannya ahli satwa liar itu bertanya mengenai ikan bandeng di dalam suatu ujian diser¬tasi mengenai statistika genetik. Tetapi saya jawab juga bahwa yang dimaksudkan dengan Chanos chanos itu adalah ikan bandeng yang di dalam bahasa Inggris biasa juga disebut milk-fish yang arti harfiahnya ialah ikan susu. Baru kemudian saya sadari bahwa pertanyaan yang diajukan dalam bidang ilmu yang sama sekali di luar bidang ilmu calon doktor yang diuji itu juga bertugas untuk meningkatkan kemampuannya menemukan ilham yang dapat diterapkn dalam bidang ilmunya sendiri, seperti halnya Pilkington menemukan ilham bagaimana caranya membuat lempeng kaca yang tidak perlu diupam dari lapisan sabun yang mengambang di bak cucipiring di dapur istrinya.

Kemudian ia bertanya lagi bagaimana caranya petambak ikan di Jawa membiakkan ikan bandeng agar mendapatkan nenernya. Dengan segera saya sadar bahwa ia ingin menjebak saya. Saya katakan bahwa apabila kita mampu menyuruh ikan bandeng betina bertelur di tambak dan ikan bandeng jantan menebarkan nutfah jantan ke atas telur itu, serta kemudian kita mampu menjaga agar telur yang telah dibuahi itu dapat menetas di dalam tambak, maka kita sebenarnya telah membuat terobosan atau revolusi di dalam ilmu pemeliharaan ikan. Ia tertawa, karena hingga sekarang nener bandeng hanya kita peroleh dengan menjaringnya di sepanjang pantai utara Jawa Timur pada musim tertentu. Akhir-akhir ini memang mereka di Filipina telah berhasil membuahkan nener di dalam lingkungan perairan tertutup. Sewaktu promotor saya hampir menutup sidang untuk kedua kalinya ada lagi penguji lain yang ingin bertanya. Sekali ini yang bertanya ialah salah seorang pembimbing disertasi saya yang adalah seorang ahli genetika. Ia bertanya apakah saya dapat menerangkan apa yang dimaksudkan dengan istilah genetika tertentu. Saya katakan bahwa istilah itu dipakai sebagai judul suatu buku yang baru saja diterbitkan oleh seorang pakar genetika dari Universitas Kalifornia. Bukunya baru saja saya bolak-balik di rak buku tempat memajang buku-buku baru di perpustakaan. Akan tetapi saya belum sempat membacanya karena saya sedang mempersiapkan diri menghadapi ujian disertasi ini. Kalau saja saya tahu hal itu akan ditanyakan di sini, pasti buku itu saya pelajari dengan sungguh-sungguh. Akan tetapi garis besar makna istilah itu disimak dari arti harfiahnya dalam bahasa Latin ada sangkut-pautnya dengan kekenyalan suatu masyarakat makhluk hidup menghadapi tantangan lingkungan yang disebabkan keragaman susunan genetik anggota populasi makhluk hidup itu.

Ia mengangguk tanda setuju. Tetapi ia ingin menanyakan satu hal lagi. Pertanyaannya yang penghabisan mem¬buat saya terdiam karena ia menanyakan arti suatu istilah yang belum pernah saya dengar. Setelah barangkali terdiam selama beberapa menit saya menyerah kalah. Saya sangka saya akan kembali ke Indonesia dengan sia-sia. Paling untung saya akan disuruh kembali tiga bulan kemudian sedangkan masa beasiswa saya sudah hampir habis. Tetapi anehnya ia hanya tertawa saja dan kemudian mengatakan agar jangan resah kalau saya tidak dapat menjawab per¬tanyaannya itu. Kemudian saya balik bertanya apa sebenar¬nya arti istilah yang ditanyakannya itu. Ia tertawa lagi terbahak-bahak. "Saya juga tidak tahu", katanya. "Mengapa tuan tanyakan kepada saya?" tanya saya lagi. "Siapa tahu kamu tahu!" katanya.

Rupanya gurubesar saya itu ingin menguji apakah saya memiliki kejujuran akademik dan berani menyatakan ketidaktahuan saya kalau saya tidak tahu mengenai sesuatu. Sampai sekarang, kalau peristiwa yang terjadi seperempat abad yang lalu itu saya kenang kembali, timbul pertanyaan dalam diri saya, apakah gurubesar saya itu tahu sifat orang Timur yang malu mengaku bahwa ia tidak tahu.

Baca juga:
Petualang di Alam Nalar: 00. Pendahuluan
Petualang di Alam Nalar: 01. Sekali Ilmuwan Tetap Ilmuwan
Petualang di Alam Nalar: 02. Imuwan Tidak Pernah Putus Asa
Petualang di Alam Nalar: 03. Ilmuwan adalah Penegak Kebenaran
Petualang di Alam Nalar: 04. Ilmuwan Harus Berani Menyatakan Pendapat Secara Jujur
Petualang di Alam Nalar: 05. Ilmuwan Juga Manusia yang Tidak Sempurna
Petualang di Alam Nalar: 06. Siapa Saja yang Berbakat Ilmuwan
Petualang di Alam Nalar: 07. Kesimpulan


oleh: Prof. Dr. Andi Hakim Nasoetion (Wikipedia | TokohIndonesia)Dikutip dari buku: Pengantar ke Ilmu-imu Pertanian

Petualang di Alam Nalar: 02. Imuwan Tidak Pernah Putus Asa

Sering sekali orang menduga bahwa penemuan seorang ilmuwan timbul karena ilham yang diperoleh secara tiba-tiba. Karena itu timbul pendapat bahwa keberhasilan se-orang ilmuwan hanyalah sebagian dari keberuntungannya saja. Yang benar adalah bahwa memang ilmuwan memperoleh penemuan sering sekali karena mendapat ilham. Akan tetapi ilham itu tidak akan menjadi ilham kalau ia tidak memiliki daya nalar yang kuat. Misalnya saja Alastair Pilkington, kepala bagian teknik suatu pabrik kaca di Inggris mendapatkan ilham bagaimana membuat lempeng kaca tanpa harus mengupamnya dari pengamatannya tentang lapisan tipis sabun di permukaan air pencuci piring sewaktu istrinya sedang bekerja di dapur. Ia meniru gejala fisika itu dengan mencoba menuangkan bahan gelas cair ke atas permukaan timah yang cair. Baik batas permukaan sabun dengan air yang lebih berat dari sabun, maupun batas permukaan lem¬peng gelas cair dengan timah cair yang lebih berat dari gelas cair, di bawah pengaruh gravitasi bumi samasama merupakan bidang datar. Untuk dapat menjadikan peristiwa terapungnya lapisan sabun di atas air menjadi ilham, Pilkington harus mampu melihat adanya persamaan antara lapisan sabun yang mengambang di atas permukaan air de¬ngan lapisan gelas cair yang mengambang di atas timah cair.

Tidak selamanya suatu ilham dapat diterapkan dengan segera menjadi suatu pengetahuan yang berguna. Dari berbagai pengamatan, Raymond Damadian yang adalah seorang dokter ahli penyakit dalam berkesimpulan bahwa sel-sel sumber tumor di dalam tubuh manusia mengandung kadar air dan kadar mineral terutama kalium dan natrium, yang berbeda. Kalau selama ini penelusuran ada tidaknya tumor dilakukan dengan menggunakan sinar-X yang membahayakan penderita, ia memimpikan suatu alat yang dapat membedakan kedua jenis sel itu tanpa membahayakan penderita. Cita-citanya itu sudah dimilikinya sejak ia masih seorang anak laki-laki remaja, ketika ia melihat sendiri bagaimana bibinya yang sangat dicintainya harus mengalami penderitaan yang sangat berat sebelum meninggal karena mengidap penyakit kanker payudara.

Pada tahun 1971 Damadian menerbitkan suatu makalah di dalam majalah Science yang menyatakan bahwa prinsip resonansi inti magnetik (Nuclear Magnetic Resonance - NMR) dapat digunakan untuk membedakan sel jaringan yang sakit karena tumor dari sel jaringan yang sehat. NMR itu sendiri ditemukan oleh dua orang Fisikawan Edward M. Purcell dari Universitas Harvard dan Felix Bloch dari Universitas Stan¬ford. Untuk penemuan itu yang dipublikasikan pada tahun 1946 di majalah Physical Review, keduanya memenangkan Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1952. Pendapat Damadian itu setengah ditertawakan orang karena untuk mendapatkan alat NMR yang dapat merekam perbedaan yang dikatakannya itu harus dapat diciptakan magnet raksasa, sedangkan magnet raksasa yang digunakan orang pada waktu itu untuk alat NMR yang hanya dapat dimasuki benda sebesar tabung reaksi terdiri atas magnet buatan yang bersifat superkonduktor. Untuk itu perlu pendinginan dengan helium cair yang sudah barang tentu sangat mahal. Selain itu teori yang digunakan oleh Damadian mengenai susunan sel yang sehat dan sakit berasal dari ahli Fisiologi Ling, yang diragukan kebenarannya oleh sebagian besar masyarakat ilmuwan dalam bidang itu.

Akan tetapi Damadian tidak putus asa. Hanya semangatnya yang membara saja yang membuat beberapa pihak percaya kepadanya dan berani meminjamkan modal untuk proyek penelitiannya itu. Akhirnya ia mampu mem¬buat magnet raksasa permanen yang tidak perlu harus diumpani helium cair dan listrik. Berkat kegigihannya meneliti itu akhirnya terciptalah alat NMR yang cukup besar, yang dengan bantuan komputer mampu membuat citra jaringan tubuh manusia yang dimasukkan seutuhnya ke dalam alat tersebut, pada layar pemantau yang berwarna. Tetapi dari awal usahanya sampai ia berhasil ia memerlukan 12 tahun dan menghadapi berbagai macam kecaman dan ejekan. Bahkan ia pernah berusaha menghubungi Presiden Jimmy Carter untuk memohonkan bantuan dana penelitian di kediaman pribadi Presiden itu di Plains, Georgia. Akan tetapi permohonan bertemu saja tidak diperolehnya.

Baca juga:
Petualang di Alam Nalar: 00. Pendahuluan
Petualang di Alam Nalar: 01. Sekali Ilmuwan Tetap Ilmuwan
Petualang di Alam Nalar: 02. Imuwan Tidak Pernah Putus Asa
Petualang di Alam Nalar: 03. Ilmuwan adalah Penegak Kebenaran
Petualang di Alam Nalar: 04. Ilmuwan Harus Berani Menyatakan Pendapat Secara Jujur
Petualang di Alam Nalar: 05. Ilmuwan Juga Manusia yang Tidak Sempurna
Petualang di Alam Nalar: 06. Siapa Saja yang Berbakat Ilmuwan
Petualang di Alam Nalar: 07. Kesimpulan


oleh: Prof. Dr. Andi Hakim Nasoetion (Wikipedia | TokohIndonesia)Dikutip dari buku: Pengantar ke Ilmu-imu Pertanian

Petualang di Alam Nalar: 01. Sekali Ilmuwan Tetap Ilmuwan

Seorang guru besar matematika di Fakultas Pertanian Bogor pada pertengahan tahun-tahun lima puluhan tersesat di Bandung dengan dua orang guru besar lain. Ketiganya bangsa Belanda dan tidak dapat berbahasa Indonesia, apalagi berbahasa Sunda. Untuk menanyakan arah yang benar kepada orang di tepi jalan dengan demikian bukanlah peker¬jaan yang mudah. Karena itu setelah terdiam sebentar sang guru besar matematika itu bertanya kepada kedua orang rekannya, apakah mereka tahu bagaimana bentuk denah kota Bandung. Kalau bentuknya memanjang, ada gunanya untuk mencoba-coba sendiri menemukan jalan yang benar, sebab kalau setelah menempuh satu arah tempat yang dituju tidak ditemukan juga, pasti arah yang benar adalah arah kebalikannya. Lain halnya kalau bentuk Bandung bundar seperti lingkaran. Kalau diketahui kemudian bahwa arah yang ditempuh salah, masih banyak lagi arah-arah yang lain yang harus dicoba. Dalam hal seperti ini katanya lebih baik berusaha bertanya kepada orang di tepi jalan, walaupun harus dengan menggunakan bahasa Tarzan, Sang Raja Semua Kera. Cerita itu pada tahun-tahun lima puluhan menimbulkan gelak dan tawa baik di kalangan guru besar lainnya, apalagi di kalangan mahasiswa, akan tetapi sebenarnya sang guru besar matematika telah berusaha berpegang pada prinsip pengambilan keputusan secara kuantitatif dengan menggunakan apa yang disebut sebagai fungsi kerugian. Kalau peluang menempuh arah yang salah sama dengan setengah, seperti pada kasus kota yang bentuknya memanjang, lebih baik mengambil risiko berbuat salah dengan menempuh arah yang salah daripada berusaha menerangkan dengan bahasa Tarzan apa yang ingin diketahui dari orang di tepi jalan tentang arah tujuan yang benar. Kebalikannya, kalau kota Bandung berbentuk melingkar, peluang menemukan arah yang benar dengan cara coba-coba sangat kecil sehingga kerugian karena kemubaziran membuang waktu menjadi besar. Pada keadaan seperti itu lebih menguntungkan mencoba bertanya-tanya dengan bahasa Tarzan kepada orang yang sedang duduk-duduk di tepi jalan. Yang dianggap aneh oleh orang awam itu dengan demikian sebenarnya hanyalah ketaatazasannya menerapkan prinsip ilmiah yang dianutnya terhadap permasalahan yang dihadapinya sehari-hari.

Dengan demikian di dalam kamus perilaku seorang ilmuwan sejati tidak akan ada tindakannya yang akan dilakukannya bertentangan dengan pengetahuan yang telah dihayatinya. Apabila ada misalnya seorang ilmuwan yang pernah mempelajari fisika, ia tidak akan mengebut dengan kendaraannya di jalan lintas-cepat Jagorawi dengan kecepatan 140 km/jam membuntuti sebuah bus dua meter di belakang ekornya. Pengetahuannya tentang kinematika akan mengatakan kepadanya bahwa pada kecepatan seperti itu ia tidak mungkin mempunyai waktu yang cukup untuk melambatkan laju kendaraannya apabila bus di depannya tiba-tiba menghadapi suatu hambatan.

Banyak orang yang mengemudi mobil yang bagus dan baru selalu mengekor di belakang kendaraan lain dengan kecepatan setinggi itu di jalan lintas-cepat Jagorawi. Banyak pula di antara mereka itu yang menguasai fisika dengan baik, tetapi tidak menerapkannya sewaktu mengemudi. Orang awam tidak menganggap mereka aneh bahkan menilai mereka itu sebagai pemberani. Akan tetapi dari segi perilaku mereka tidak dapat digolongkan sebagai seorang ilmuwan sejati walaupun misalnya mereka itu bergelar sarjana dalam bidang pengetahuan alam.

Seorang dosen Fakultas Kedokteran Hewan Bogor yang sedang melaksanakan tugas-belajarnya di luar negeri ternyata tertulari penyakit Kusta. Penyakit itu mungkin sekali diidapnya sebagai hasil infeksi sewaktu ia di Bogor sebelum berangkat ke luar negeri, mengadakan penelitian tentang penyakit kusta itu pada hewan. Setelah ketahuan mengidap tahap-tahap awal penyakit kusta, ia mendapatkan perawatan khusus dalam ruang terisolasi di rumah sakit perguruan tingginya. Pada waktu itu juga ia mengambil keputusan untuk memilih sebagai judul penelitiannya suatu perma¬salahan tentang penyakit kusta. Pada suatu ketika dalam rangka memenuhi persyaratan seminarnya ia menyajikan pembahasan tentang penyakit kusta. Setelah seminar selesai, yang hadir baru sadar bahwa apa yang diceritakannya sebagai hasil penelitiannya tentang pengaruh langsung dan pengaruh sampingan obat penyakit kusta sebagian besar telah dilakukannya dengan menggunakan tubuhnya sebagai kelinci percobaan.

Cerita itu mirip apa yang telah dilakukan oleh Profesor Francis Weld Peabody dari Sekolah Kedokteran Harvard. Pada bulan November tahun 1926 ia memberi kuliah tentang "Perawatan Orang Sakit". Kuliah ini dicetakulang berkali-kali karena jelasnya cara menerangkannya tentang perawat¬an penderita penyakit kanker yang tidak mungkin ditolong dengan operasi. Tidak ada orang yang sadar pada ketika itu bahwa apa yang diceritakannya berdasarkan pengalamannya sendiri. Teman semasa kecilnya William James bercerita ten¬tang bulan-bulan terakhir kehidupannya, bahwa Peabody telah menulis laporan rumah sakitnya yang terakhir satu hari sebelum ia meninggal dunia.

Cerita lain lagi yang serupa terjadi dengan Gertrude Mary Cox, ahli statistika dan perancangan percobaan yang juga menjadi pendiri Departemen Statistika di Universitas Negara Bagian Karolina Utara, Raleigh dan Universitas Karolina Utara, Chapel Hill. Pada usia lewat 80 tahun ia diserang penyakit kanker darah leukemia dan dirawat di Rumah Sakit Universitas Duke di Durham, Karolina Utara. Ia menawarkan dirinya menjadi sukarelawan menyoba semua obat baru yang diperkirakan dapat menyembuhkan penderita leukemia. Semua obat yang dicobanya dan apa yang dirasakannya setelah meminum obat itu dicatatnya dengan teliti. Ia pun selaku ahli perancangan percobaan menasehati para dokter tentang rancangan pengobatan yang harus dilakukan agar hasilnya dapat disimpulkan secara sahih. Setiap kali dokter datang memeriksanya pada pagi hari, yang pertama dimintanya ialah catatan pribadi Gertrude Cox, karena catatannya selaku ahli perancangan percobaan jelas lebih rapi dan cermat dibandingkan dengan catatan dokter itu sendiri. Setelah ia meninggal, keesokan harinya dokter datang lagi untuk mengambil buku catatan Gertrude yang maksudnya akan disimpan di dalam arsip penelitian. Ketika dokter itu membaca halaman terakhir buku catatan yang ditulis oleh Gertrude itu ia terkejut bercampur haru. Kalimat terakhir yang ditulis Gertrude ialah: "Dan sekarang sayalah yang menjadi petak percobaan!" Sampai akhir hayatnya Gertrude Cox adalah seorang ilmuwan sejati.

Baca juga:
Petualang di Alam Nalar: 00. Pendahuluan
Petualang di Alam Nalar: 01. Sekali Ilmuwan Tetap Ilmuwan
Petualang di Alam Nalar: 02. Imuwan Tidak Pernah Putus Asa
Petualang di Alam Nalar: 03. Ilmuwan adalah Penegak Kebenaran
Petualang di Alam Nalar: 04. Ilmuwan Harus Berani Menyatakan Pendapat Secara Jujur
Petualang di Alam Nalar: 05. Ilmuwan Juga Manusia yang Tidak Sempurna
Petualang di Alam Nalar: 06. Siapa Saja yang Berbakat Ilmuwan
Petualang di Alam Nalar: 07. Kesimpulan


oleh: Prof. Dr. Andi Hakim Nasoetion (Wikipedia | TokohIndonesia)Dikutip dari buku: Pengantar ke Ilmu-imu Pertanian

Petualang di Alam Nalar: Pendahuluan

Penemuan pengetahuan baru adalah kegiatan yang dinamakan penelitian. Pengetahuan baru itu kemudian akan ditambahkan ke kumpulan pengetahuan yang sudah ditemukan sebelumnya yang telah ditata sehingga tampak saling-hubungannya. Kumpulan pengetahuan yang telah mengalami penataan seperti ini disebut ilmu pe-ngetahuan atau sains. Akibatnya, orang yang melakukan kegiatan mendapatkan pengetahuan baru itu disebut juga ilmuwan.

Sering sekali seorang ilmuwan digambarkan sebagai manusia pelupa yang kelakuannya aneh. Misalnya ada cerita tentang guru besar zoologi yang membawa sebungkus roti di kantung jas kirinya dan bungkusan katak bahan praktikum di kantong kanannya. Sebelum memasuki laboratorium untuk memulai praktikum pada siang hari sang guru besar makan roti untuk makan siangnya. Betapa terkejutnya ia sewaktu akan memulai praktikum, ketika yang dikeluarkannya dari saku ternyata bukan katak melainkan roti. Rupanya yang dimakannya untuk makan siang adalah katak bahan praktikum. Pasti cerita itu hanya lelucon saja, tetapi yang benar kejadian di Bogor dengan dosen zoologi yang senang merokok sewaktu memberi kuliah ialah bahwa pada suatu ketika kapur yang masuk ke dalam mulut dan ujung rokok yang membara dituliskan ke papan tulis. Hal itu membuat semua mahasiswa tertawa dan sejak saat itu sang guru besar tidak pernah lagi menyulut rokok di dalam ruang kuliah.

Ilmuwan boleh jadi sering berperilaku pelupa, tetapi ketika ia sedang menghadapi pekerjaan yang memerlukan perhatian penuh, ia pasti tidak pernah pelupa. Kalau saja ia pelupa, umurnya tidak akan panjang karena tentu akan ada ledakan di laboratoriumnya yang membuat nyawanya melayang. Bahwa perilakunya aneh sebenarnya tidak aneh untuknya sendiri tetapi mungkin dapat dianggap aneh oleh orang yang tidak mengerti. Karena itu sebelum kita berbincang-bincang mengenai perkembangan ilmu ada baiknya kita mengikuti terlebih dahulu ceritacerita tentang ilmuwan yang sekaligus dapat memberikan gambaran kepada kita tentang perilaku mereka yang tidak lepas baik dari kegiatan mereka sehari-hari maupun dari sifat mereka sebagai manusia.

Baca juga:
Petualang di Alam Nalar: 01. Sekali Ilmuwan Tetap Ilmuwan
Petualang di Alam Nalar: 02. Imuwan Tidak Pernah Putus Asa
Petualang di Alam Nalar: 03. Ilmuwan adalah Penegak Kebenaran
Petualang di Alam Nalar: 04. Ilmuwan Harus Berani Menyatakan Pendapat Secara Jujur
Petualang di Alam Nalar: 05. Ilmuwan Juga Manusia yang Tidak Sempurna
Petualang di Alam Nalar: 06. Siapa Saja yang Berbakat Ilmuwan
Petualang di Alam Nalar: 07. Kesimpulan


oleh: Prof. Dr. Andi Hakim Nasoetion (Wikipedia | TokohIndonesia)
Dikutip dari buku: Pengantar ke Ilmu-imu Pertanian