sideCategory1

Aug 17, 2012

Petualang di Alam Nalar: 02. Imuwan Tidak Pernah Putus Asa

Sering sekali orang menduga bahwa penemuan seorang ilmuwan timbul karena ilham yang diperoleh secara tiba-tiba. Karena itu timbul pendapat bahwa keberhasilan se-orang ilmuwan hanyalah sebagian dari keberuntungannya saja. Yang benar adalah bahwa memang ilmuwan memperoleh penemuan sering sekali karena mendapat ilham. Akan tetapi ilham itu tidak akan menjadi ilham kalau ia tidak memiliki daya nalar yang kuat. Misalnya saja Alastair Pilkington, kepala bagian teknik suatu pabrik kaca di Inggris mendapatkan ilham bagaimana membuat lempeng kaca tanpa harus mengupamnya dari pengamatannya tentang lapisan tipis sabun di permukaan air pencuci piring sewaktu istrinya sedang bekerja di dapur. Ia meniru gejala fisika itu dengan mencoba menuangkan bahan gelas cair ke atas permukaan timah yang cair. Baik batas permukaan sabun dengan air yang lebih berat dari sabun, maupun batas permukaan lem¬peng gelas cair dengan timah cair yang lebih berat dari gelas cair, di bawah pengaruh gravitasi bumi samasama merupakan bidang datar. Untuk dapat menjadikan peristiwa terapungnya lapisan sabun di atas air menjadi ilham, Pilkington harus mampu melihat adanya persamaan antara lapisan sabun yang mengambang di atas permukaan air de¬ngan lapisan gelas cair yang mengambang di atas timah cair.

Tidak selamanya suatu ilham dapat diterapkan dengan segera menjadi suatu pengetahuan yang berguna. Dari berbagai pengamatan, Raymond Damadian yang adalah seorang dokter ahli penyakit dalam berkesimpulan bahwa sel-sel sumber tumor di dalam tubuh manusia mengandung kadar air dan kadar mineral terutama kalium dan natrium, yang berbeda. Kalau selama ini penelusuran ada tidaknya tumor dilakukan dengan menggunakan sinar-X yang membahayakan penderita, ia memimpikan suatu alat yang dapat membedakan kedua jenis sel itu tanpa membahayakan penderita. Cita-citanya itu sudah dimilikinya sejak ia masih seorang anak laki-laki remaja, ketika ia melihat sendiri bagaimana bibinya yang sangat dicintainya harus mengalami penderitaan yang sangat berat sebelum meninggal karena mengidap penyakit kanker payudara.

Pada tahun 1971 Damadian menerbitkan suatu makalah di dalam majalah Science yang menyatakan bahwa prinsip resonansi inti magnetik (Nuclear Magnetic Resonance - NMR) dapat digunakan untuk membedakan sel jaringan yang sakit karena tumor dari sel jaringan yang sehat. NMR itu sendiri ditemukan oleh dua orang Fisikawan Edward M. Purcell dari Universitas Harvard dan Felix Bloch dari Universitas Stan¬ford. Untuk penemuan itu yang dipublikasikan pada tahun 1946 di majalah Physical Review, keduanya memenangkan Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1952. Pendapat Damadian itu setengah ditertawakan orang karena untuk mendapatkan alat NMR yang dapat merekam perbedaan yang dikatakannya itu harus dapat diciptakan magnet raksasa, sedangkan magnet raksasa yang digunakan orang pada waktu itu untuk alat NMR yang hanya dapat dimasuki benda sebesar tabung reaksi terdiri atas magnet buatan yang bersifat superkonduktor. Untuk itu perlu pendinginan dengan helium cair yang sudah barang tentu sangat mahal. Selain itu teori yang digunakan oleh Damadian mengenai susunan sel yang sehat dan sakit berasal dari ahli Fisiologi Ling, yang diragukan kebenarannya oleh sebagian besar masyarakat ilmuwan dalam bidang itu.

Akan tetapi Damadian tidak putus asa. Hanya semangatnya yang membara saja yang membuat beberapa pihak percaya kepadanya dan berani meminjamkan modal untuk proyek penelitiannya itu. Akhirnya ia mampu mem¬buat magnet raksasa permanen yang tidak perlu harus diumpani helium cair dan listrik. Berkat kegigihannya meneliti itu akhirnya terciptalah alat NMR yang cukup besar, yang dengan bantuan komputer mampu membuat citra jaringan tubuh manusia yang dimasukkan seutuhnya ke dalam alat tersebut, pada layar pemantau yang berwarna. Tetapi dari awal usahanya sampai ia berhasil ia memerlukan 12 tahun dan menghadapi berbagai macam kecaman dan ejekan. Bahkan ia pernah berusaha menghubungi Presiden Jimmy Carter untuk memohonkan bantuan dana penelitian di kediaman pribadi Presiden itu di Plains, Georgia. Akan tetapi permohonan bertemu saja tidak diperolehnya.

Baca juga:
Petualang di Alam Nalar: 00. Pendahuluan
Petualang di Alam Nalar: 01. Sekali Ilmuwan Tetap Ilmuwan
Petualang di Alam Nalar: 02. Imuwan Tidak Pernah Putus Asa
Petualang di Alam Nalar: 03. Ilmuwan adalah Penegak Kebenaran
Petualang di Alam Nalar: 04. Ilmuwan Harus Berani Menyatakan Pendapat Secara Jujur
Petualang di Alam Nalar: 05. Ilmuwan Juga Manusia yang Tidak Sempurna
Petualang di Alam Nalar: 06. Siapa Saja yang Berbakat Ilmuwan
Petualang di Alam Nalar: 07. Kesimpulan


oleh: Prof. Dr. Andi Hakim Nasoetion (Wikipedia | TokohIndonesia)Dikutip dari buku: Pengantar ke Ilmu-imu Pertanian

0 comments:

Post a Comment