sideCategory1

Jan 22, 2012

Teh Kajoe Aro digemari Ratu Belanda


Kebun Teh Kajoe Aro telah dirintis oleh Perusahaan Belanda antara tahun 1925 hingga 1928, yang bernama Namblodse Venotschaaf Handle Vereniging Amsterdam (NV HVA). Secara statistik, perkebunan teh ini tercatat sebagai perkebunan teh tertua di Indonesia, serta perkebunan teh dalam satu hamparan terluas di dunia (3.020 hektar), dengan ketinggian 1.300-1.600 meter dpl yang merupakan perkebunan teh tertinggi ke dua di dunia setelah perkebunan teh Darjeling di kaki Gunung Himalaya (4.000 m dpl).
Pengawasan kualitas yang tinggi, mulai dari perawatan dan pemeliharaan tanaman, pemetikan pucuk teh, pengolahan di pabrik, hingga pengemasan dan pengiriman, teh produksi PT Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI) ini menyandang nama harum sebagai teh dengan kualitas terbaik di dunia. Dengan aroma yang khas serta kualitas prima, lebih dari separuh dari produksi teh Kajoe Aro diekspor ke Eropa dan Amerika.

Seperti yang disampaikan oleh Edi Wardiman, Bagian Pemasaran PT PN VI, produksi teh pada tahun lalu sebanyak 7.600 ton, dijual lebih dari separuhnya ke Eropa dan Amerika. Itu sebabnya, teh asli Kerinci yang ditanam pada ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut ini lebih dikenal di luar negeri ketimbang masyarakat lokal.

Pengawasan kualitas yang tinggi hingga saat ini, menjadikan Teh Kajoe Aro sebagai hidangan minuman istimewa Ratu Belanda sejak perkebunan teh ini dibuka oleh Hindia Belanda. Bahkan tidak sedikit masyarakat Eropa dan Amerika juga menggemari teh Kajoe Aro.

Proses Pemanenan Teh Kajoe Aro.

Dilansir dari media online Kompas, "Sampai sekarang, Ratu Belanda masih meminum teh Kajoe Aro," ujar Sekretaris Perusahaan PT PN VI, Benny Subagia, Kamis (8/12/2011) di Jambi.

Para pencinta teh yang gemar meracik sejumlah jenis teh untuk menciptakan rasa dan aroma baru masih menjadikan teh Kajoe Aro sebagai racikan utamanya. Perkebunan di sekitar kaki Gunung Kerinci ini memberikan teh beraroma orisinal dan lembut, dengan rasa sedikit kelat.

0 comments:

Post a Comment